Terbaru
Loading...

Sayap Cinta dan Tinta Di Ujung Mata Pena

Belum Juga Terpejam Mata Ini. Padahal, Malam Semakin Malam, Menuju Pagi yang adalah Awal Sebuah Hari.

Deretan Aksara Masih Membentang di Serambi Nalar, Menghalangi Upaya Pengosongan Dari Aku Sang Subyek Rasional, Mengusir Pergi Kepenuhan.

Rasanya Begitu Penuh...

Sejumlah Aksara Bersayap Terbang Memadati Lintasan Mega Cerebrum...
Tanpa Menilik Aku yang Terlelap Belum...

Sayang Bila Dilewatkan. Sedih Juga Bila Dipisahkan. Bahkan Untuk Sepersekian Detik Saja, Tak Ingin Rasanya Melewatkan Upaya Menghitung Kecepatan Tetesan Embun Pada Dedaunan...

Tak Ingin Pula Mengacuhkan Kuncup Anemon yang Mekar di Serambi Kokoh Pilar Pilar Pohon Badam Selepas Berakhirnya Riwayat Bulan Nisan...

Tak Ingin...
Sungguh Tak Ingin...

Biarkan Ku Berbaur di Antara Aksara yang Melindap,,,
Ijinkan Ku Berbaring di Antara Bait-Bait Noktah yang Tengkurap....

Ajari Aku Menelisik Kata yang Tertidur...
Buat Ku Pahami Kalimat yang Tak Terucap....

Ku Ingin Berpijak Kesekian Kalinya Lagi...
Ku Ingin Terbang Bersamamu Sekali Lagi...

Masih Ingin Ku Kecap Sekali Lagi, Bulir-Bulir Kata yang Masih Mekar, di antara Kepakan Sayap Cinta dan Bercak-Bercak Tinta Dari Ujung Mata Pena...


Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment